Tuesday, June 13, 2006

hari ini gue chatting sama temen gue, dan pertanyaan standar yang keluar dari keyboard-nya adalah "lu nggak takut waktu ngambil keputusan buat pisah?" hwarakadah!!! dari awal gue pisah dulu, semua orang nanyain pertanyaan yang sama, sampai pada suatu hari gue balikin ke temen-temen gue "ada pertanyaan yang lebih kreatif nggak?" huehehehehe....
takut? kenapa mesti takut kalau kita yakin itu adalah yang terbaik buat diri kita? sebenernya apa sih yang bikin cewek-cewek pada takut buat pisah dari suami? itu pertanyaan besar buat gue. bukankah kita semua berhak untuk bahagia? dan kalau kebahagiaan itu nggak bisa datang dari suami kita, apa iya harus dipaksain? gile aje! kalau kita udah usaha dan ternyata hasilnya nihil, apa iya mau maksain diri dengan denial seumur hidup? nggak bangeeeet! hidup itu harus jujur sama diri sendiri. kalau sama hati nurani sendiri aja kita udah bohong, gimana sama orang luar? hidup kita bakalan dipenuhi sandiwara-sandiwara yang mehe-mehe dan nggak penting.
gue sadar banget, menikah [yang pertama] adalah salah satu kesalahan terbesar dalam hidup gue. dan saat gue berusaha memperbaiki tapi nggak ada hasilnya, gue rasa, nggak perlu gue menipu jiwa gue dan berharap semuanya akan baik-baik aja.
mana yang lebih baik dan lebih masuk akal buat orang-orang yang waras:
nggak punya suami, tapi batin tenang
atau...
punya suami, tapi cuma nyakitin hati dan fisik aja...?
anak gue nggak punya bapak, tapi hidupnya dipenuhi kasih sayang
atau...
punya bapak, tapi tiap hari yang diliat cuma bapaknya marah-marah, ngeluarin kata-kata kasar, lempar-lempar barang dan mukulin ibunya...?
jadi janda, tapi bisa aktualisasi diri dan berkarya
atau...
punya suami, tapi cuma buat status aja, sementara fungsinya nggak dijalankan dengan baik...?
punya keluarga lengkap, tapi nggak ada cinta dan cuma topeng doang
atau...
jadi single parent, tapi jujur sama diri sendiri...?
jadi, buat semua temen gue yang mempertanyakan, keputusan gue nggak diambil secara emosional. gue melalui proses belajar dan berpikir yang cukup panjang sebelum akhirnya gue memutuskan untuk pisah. dan pada saat gue mantap dengan keputusan gue, yang namanya rasa takut nggak pernah mampir di dalam diri gue [dan memang dari sebelumnya pun rasa takut kagak pernah mampir ke gue.... hehehehe].
gue bahagia, bisa memutuskan untuk diri gue sendiri dan untuk anak gue.
gue bahagia, bisa jujur sama diri gue sendiri dan nggak larut dalam romantisme rumah tangga picisan yang hanya mentingin topeng aja.
gue bahagia, nggak harus terperangkap dalam sangkar pernikahan tanpa cinta yang palsu.
gue bahagia, nggak perlu merasa takut untuk hidup sendirian.
gue bahagia, nggak mempertahankan pernikahan gue hanya untuk menyenangkan hati orang lain semata.

No comments: