Wednesday, March 29, 2006

'ku larut luluh
dalam keheningan hatimu
jatuh bersama
derasnya tetes air mata
kau benamkan wajahmu
yang berteduhkan duka
melagukan kepedihan
di dalam jiwamu

dan tak pernah
terpikirkan olehku
untuk tinggalkan
engkau seperti ini
tak terbayangkan
jika 'ku beranjak pergi
betapa hancur
dan harunya hidupmu

sebenarnya 'ku tak ingin
berada di sini
di tempat jauh
yang sepi memisahkan kita
'ku berharap semuanya
pasti akan berbeda
meski tak mungkin
menumbuhkan jiwa itu lagi

dan tak pernah
terpikirkan olehku
untuk tinggalkan
engkau seperti ini
tak terbayangkan
jika 'ku beranjak pergi
betapa hancur
dan harunya hidupmu

aku tak mengerti
apa yang mungkin terjadi
sepenuh hatiku
aku tak mengerti
.......
RAPUH - Padi
bidadariku yang manis...
mari kita tunjukkan pada dunia
bahwa kita mampu taklukan semua...
kau dan aku, kita berdua...

bidadariku yang cantik...
genggam tanganku erat-erat
tegakkan kepala pandang ke depan
jangan biarkan dunia menindas kita
kau dan aku, kita bersama...

I saw you coming
from a mile away
Trying to hide
behind that pretty face
Bet my last dollar, baby
you been bruised
Poor little heart
all black 'n' blue
Last thing you need's
another pickup line
You must have heard them all
a thousand times
God only knows
what you been through
Believe me I been broken too
It aches, it breaks,
it takes your breath away
I've been around that block
a time or two

Baby, I don't want to fall in love with you
I try, try, try
but I can't get around the truth
Please don't say my name,
give this heart a break
I don't want to make the same mistake
but it's too late
I'll leave on the light
These arms are open all night

I got your taste in the back of my mouth
I want to reach in and pull it out
And I'd be lying if I didn't say
When you're this close,
I'm afraid of the way I'll feel
if I touch your hair
The way I'll miss you
when you're not there
And that I'll see you
when I close my eyes
It's too late, I've crossed that line
It breaks, it aches,
it takes your breath away
I'll still be around come closing time

Baby, I don't want to fall in love with you
I try, try, try
but I can only tell the truth
Please don't say my name,
give this heart a break
I don't want to make the same mistake
but it's too late
I'll leave on the light
These arms are open all night

It's 2 am, it's last call, baby
The barkeep's gone,
I'll walk you home now
Save me, baby

Baby, I don't want to fall in love with you
I try, try, try
but I can only tell the truth
Please don't make me beg,
give this heart a break
I don't want to make the same mistake
but it's too late
I'll leave on the light
These arms are open all night

OPEN ALL NIGHT - BON JOVI

[for someone who once gave me this song...]

Tuesday, March 28, 2006

Aku berjalan menyusuri pagi yang kelabu. Matahari tak terbit hari ini. Dunia di sekelilingku melambat seperti adegan dalam sebuah film tua. Anganku melayang entah ke mana. Jiwa yang gelisah karena tanya tak jua berjawab. Ada sejumput kepedihan mengisi rongga hati yang hampa.

Sayangku, ingatkah kau saat kita berjalan bersisian… menyusuri putihnya pasir pantai Kuta. Bergenggaman tangan di bawah matahari Bali yang terik, namun hati kita terasa begitu sejuk. Tak perlu peduli pada dunia. Hanya ada kita berdua. Kita tinggalkan dunia jauh di belakang kita. Berjalan sambil menatap debur ombak yang berkejaran. Waktu seakan terhenti dan kita begitu larut dalam genggaman angin. Dalam tatapanmu aku temukan hidupku yang baru. Lewat matamu aku temukan warna yang selama ini hilang dari jiwaku. Dalam genggamanmu aku titipkan hatiku.

Hari ini terlewati dengan jutaan gundah. Apakah kau masih mengingatku…? Aku, perempuan kecil laksana burung yang patah sayapnya. Tak mampu terbang meraih matahari. Dan matahari pun enggan bersinar untukku. Melengkapi suramnya duniaku saat ini. Aku rindu dirimu, namun tak jua kau jawab aku. Maka tinggallah aku di sini sendiri. Mengadu pada langit tentang semua rasa rindu yang tak bertuan. Memaki dunia yang tak mau menolongku menemukanmu. Aku tersesat di padang jiwa yang tak berujung. Telah kau bawa semua hati dan jiwaku saat kau pergi. Maka tinggallah aku sendiri dalam sepiku, merayapi detik demi detik tanpa dirimu. Sungguh aku tak bisa tanpamu. Aku hanya berharap angin akan membisikkan kabar darimu untukku.

Kita pernah berpelukan dalam hujan sambil menatap senja yang menua di tebing tepi pantai. Membiarkan matahari tenggelam di garis cakrawala, meninggalkan selarik cahaya jingga keunguan yang bercampur warna mendung. Aku ingin mengulang semuanya, sayangku… maka, jangan biarkan aku menanggalkan hidup sebelum kau berikan lagi kesempatan manis itu padaku.
Bukankah kita sangat menikmati setiap detik dari kebersamaan kita?
Bukankah kita tak pernah menginginkan semua itu berakhir dalam kepahitan?

Lihatlah sayang… rumah impian kita dengan dinding-dinding kaca, menanti di atas bukit… tempat kita membesarkan anak-anak kita. Tempat di mana kita saling mengucapkan cinta dan janji setia. Tempat kita berbagi kesedihan dan kebahagiaan bersama.

Pulanglah cintaku… aku menunggumu di sini. Sampai matahari tak lagi terbit, aku tetap menunggumu… karena aku mencintaimu sepenuh hati dan jiwaku... dengan segenap hidupku.

We’ve gotta hold on to what we’ve got
It doesn’t make a difference if we make it or not
We’ve got each other and that’s a lot for love
We’ll give it a shot
We’re half way there
Livin’ on a prayer
Take my hand
We’ll make it, I swear
Livin’ on a prayer
[just a memoar of the past...]
Untuk Renny & Christian
Semoga berkenan
dan semoga potongan kenangan masa lalu
bisa membawa kalian bersama lagi

Monday, March 27, 2006

penantian

Aku berdiri di balik jendela. Menatap hari yang mulai menua. hari ini matahari di langitku hanya terbit setengah saja.
Sinarnya makin meredup.
Aku di sini dalam penantian. merayapi detik demi detik dengan perasaan tak pasti. Ribuan tanya memenuhi pikiranku. Aku gelisah. Hidupku seolah menggantung di ujung langit senja.
"Apakah jiwaku akan mati malam ini....?"
"Apakah hatiku akan kembali bersimbah darah malam ini...?"
Aku tak punya jawabannya...
Apakah aku harus lewati sepi hariku tanpa dirimu lagi...?
Apakah kini akan kau biarkan aku berdiri melawan waktu untuk melupakanmu...?
Jika benar begitu adanya... walau sepi hati ini, namun aku bertahan...
[inspired by a song of Glenn Freddly - 26 Maret 2006]

Saturday, March 25, 2006

catatan pagi

Aku yang lemah tanpamu
Aku yang rentan karena cinta
yang t’lah hilang darimu
yang mampu menyanjungku...

Selama mata terbuka
Sampai jantung tak berdetak
Selama itu pun aku mampu
untuk mengenangmu
Darimu kutemukan hidupku
Bagiku kaulah cinta sejati...

Bila yang tertulis untukku
Adalah yang terbaik untukmu,
'Kan 'kujadikan kau kenangan
yang terindah dalam hidupku...

Namun tak’kan mudah bagiku
Meninggalkan jejak hidupmu
yang t’lah terukir abadi
Sebagai kenangan yang terindah...
KENANGAN TERINDAH - Samsons

Friday, March 24, 2006

sebuah memoar tentang masa lalu


Bukan karena aku tak mencintainya,
Tapi karena aku tak lagi mencintainya.....
Bukan karena aku tak menghargainya,
Tapi karena tak pernah pula
ada penghargaan darinya untukku.....
Bukan karena aku tak memikirkan bidadariku,
Justru karena aku sangat memikirkan bidadariku.....
Bukan karena aku egois,
Tapi karena aku tak lagi punya cukup daya
untuk menerima segala hinaan dan caci maki sepihak....

Maka ini lah aku....
Kembali sendiri mengayuh biduk kecil
Mengarungi samudara kehidupan yang luas,
Mencoba mengelak dari ombak yang menerpa....

Maka ini lah aku....
Kembali sendiri menikmati senja hari ini
Menikmati terpaan angin lembah nan sejuk
Mengamati rinai hujan yang turun...

Sendiri….. dan bahagia…

[bandung, 28 Februari 2005]

saat semua telah menguap,
dan kini tinggallah hampa…
tak lagi terukir namamu dalam hatiku,
karena telah ‘ku biarkan ia membeku...
dan biarlah ia membeku
karena lebih baik begitu…

Cerita kecil di suatu senja...


Matahari senja merayap lambat, seolah enggan meninggalkan langit yang makin gelap. Perempuan itu berjalan sendiri di tengah kembang padang ilalang yang sedang memutih. Angin senja yang sejuk namun kering berhembus perlahan, bawa sejuta memoar yang hampir terkubur dalam hatinya. Matanya redup memandang langit senja yang juga muram. Pikirannya entah di mana. Separuh jiwanya hilang entah ke mana. Mungkin terbawa angin senja. Pergi menuju dunia baru yang dirindukannya.

Senja seolah berhenti. Matahari tak kunjung benam, langit merebak jingga keunguan. Perempuan itu melihat refleksi kehidupannya tergambar jelas di bentangan langit sore. Lahir. Tumbuh. Berteman. Bergaul. Berkencan. Bunuh diri. Mencintai. Membenci. Kecewa. Menunggu. Terhina. Sakit. Jatuh. Tertawa. Menangis. Terpaksa. Marah. Hancur. Bertahan. Mandiri. Tersenyum. Mencaci. Dicaci. Terpuruk. Membela. Pahit. Getir. Manis. Gelisah. Dihakimi. Divonis.

Perempuan itu bediri di tepian padang ilalang, di bawah naungan langit senja yang membeku. Berdiri sendiri dengan hati yang tinggal sepotong kecil. Dulu, ia masih punya sepotong hati yang sudah setengah beku dan penuh ruam. Lalu, diserahkannya sisa hatinya kepada seseorang yang telah bersumpah atas nama langit, akan menjaganya. Berjanji tak akan merobek-robek hati yang tinggal sekeping itu. Perempuan itu masih menyisakan sepotong kecil hati dalam genggamannya. Dan itu lah yang sekarang tersisa dari seluruh dirinya. Telanjang, dengan secarik hati yang sudah compang-camping. Menatap senja dengan pandangan mengabut.

Atas nama cinta dan kejujuran, aku percayakan potongan hatiku…
Atas nama cinta dan kejujuran, aku terluka…
Atas nama cinta dan kejujuran, aku terhempas jatuh…
Atas nama cinta dan kejujuran, aku mencoba bangkit…
Atas nama cinta dan kejujuran, aku terpuruk di sudut terkelam dunia…


Secarik kenangan berkelebat dalam pikirannya…

“Biarkan aku memiliki hatimu. Aku akan menjaganya. Percayalah. Tak akan aku robek-robek.”

“Aku akan menjaga hatimu, dirimu, jiwamu. Aku tak akan meninggalkanmu. Izinkan aku menjagamu sepanjang hidupku…”

Saat ini…
Perempuan itu berdiri sendiri di tepian dunia yang sunyi. Mencoba untuk mengerti apa yang dilakukan dunia kepadanya. Perempuan itu membuka genggamannya. Ada sekeping kecil hatinya tertinggal di sana. Perempuan itu tidak mengerti, mengapa ruam-ruam itu makin menghitam. Bukankah seseorang telah menjaga hatinya yang tinggal sepotong? Lalu, mengapa sekarang potongan itu semakin mengecil? Apakah sang penjaga hati tak benar-benar menjalankan tugasnya? Atau ia sendiri yang telah salah mempercayakan jiwanya? Perempuan itu tertegun dengan ribuan pertanyaan di kepalanya. Tak mengerti. Hanya ada kelebat potongan kenangan lain yang terlintas di benaknya yang mulai kosong…

“Aku telah memberikan hatiku yang tinggal sepotong dan compang-camping kepadamu. Aku hanya berharap kau sudi menjaganya, karena hanya itu yang tersisa dariku…”

“Aku tahu, tak banyak yang tersisa dariku, tapi aku telah berikan seluruh yang tersisa dariku kepadamu. Semua yang tersisa dariku adalah milikmu.”

Perempuan itu menatap langit senja dengan nanar. Pandangannya mengabut oleh butiran kristal yang terjatuh tanpa perintah darinya.
Di sana, di tepian dunia yang sepi ia berdiri. Berharap dapat terobati segala luka jiwa. Berharap seulur tangan akan menggenggamnya. Berharap satu rengkuhan akan datang menenangkan jiwanya yang gundah. Namun hanya hembus bayu yang selimuti dirinya.

Perempuan itu masih berdiri sendiri. Mencoba menantang dunia yang mendesaknya hingga ke sudut tergelap dalam hidupnya. Di genggamannya masih ada sekeping hati yang ruamnya mulai menghitam. Tak tahu apa yang harus dilakukannya, perempuan itu hanya berdiri di bawah langit senja. Menatap matahari yang terbenam dengan lambat. Ditunggunya percik-percik sinar matahari memenuhi sudut-sudt jiwanya yang kelam. Perempuan itu masih menunggu. Menunggu. Dan menunggu. Entah sampai kapan. Mungkin hingga matahari tak lagi terbit di langitnya.


Oh, betapa ku saat ini
Ku benci untuk mencinta
Mencintaimu
Oh, betapa ku saat ini
Ku cinta untuk untuk membenci
Membencimu
Aku tak tahu apa yang terjadi
Antara aku dan kau
Yang ku tahu pasti
Ku benci untuk mencintaimu

[Benci Untuk Mencinta – NAIF]