saat jiwaku merepih, aku temui diriku berdiri di kesunyian malam. sendiri tanpamu. mencoba merobek hening langit malam lewat sinar bulan purnama, namun aku habis daya. maka berjalanlah aku dalam dingin hembus bayu. menembus kabut dunia yang seolah mengelam. mencoba mengerti arti semua yang terlukis di langit malam...
mungkin aku memang harus sendiri, karena malam adalah penggalan jiwaku, bukan dirimu. telah ku tunggu sapamu hari ini, namun sepi menyambut rindu yang berkalang di hati. tak ada lagi suaramu yang temaniku dalam titian hari. ku jumpa kebisuan saat ku mencoba panggil namamu. di manakah kamu... aku tak tahu... mungkin telah kau lupakan belahan jiwa yang mengering ini. mungkin telah kau gadaikan potongan hati yang meruam ini pada langit senja yang menjingga. atau mungkin telah kau lemparkan sisa lara yang meranggas dalam jiwaku bersama hembus bayu yang mengelilingi cakrawala malam. aku tak tahu... mungkinkah terhapus semua kenangan itu?
jika tak kau pastikan hadirmu dalam rongga duniaku, tak bisakah sepotong sapamu temaniku lewati malam ini...?
jika terhapuskan semua kenangan itu, tak bisakah kau simpan kerlip binar mataku yang selalu terpancar saat kau ada...?
jika telah kau lupakan belahan jiwa yang mengering ini, tak bisakah seukir senyummu kau biarkan menghiasi dinding jiwaku...?
jika telah kau gadaikan potongan hati yang meruam ini pada langit senja, tak bisakah percik rindumu hangatkan diriku sejenak saja...?
jika telah kau lemparkan sisa lara yang meranggas dalam jiwaku ini bersama hembus bayu, tak bisakah kau terbang bersamaku ke dunia yang lain...?
malam yang berwarna telah membawaku pulang. kembali ke realita di mana hanya sepi yang menderaku. sapamu tak ku jumpa. tak ada kata cinta. tak ada kata rindu. tak ada ucapan selamat tidur. tak ada... hanya ada aku sendiri, berjalan di bawah lazuardi kelabu. hanya bintang yang sudi berkedip mesra padaku...
No comments:
Post a Comment