Aku berjalan menyusuri pagi yang kelabu. Matahari tak terbit hari ini. Dunia di sekelilingku melambat seperti adegan dalam sebuah film tua. Anganku melayang entah ke mana. Jiwa yang gelisah karena tanya tak jua berjawab. Ada sejumput kepedihan mengisi rongga hati yang hampa.
Sayangku, ingatkah kau saat kita berjalan bersisian… menyusuri putihnya pasir pantai Kuta. Bergenggaman tangan di bawah matahari Bali yang terik, namun hati kita terasa begitu sejuk. Tak perlu peduli pada dunia. Hanya ada kita berdua. Kita tinggalkan dunia jauh di belakang kita. Berjalan sambil menatap debur ombak yang berkejaran. Waktu seakan terhenti dan kita begitu larut dalam genggaman angin. Dalam tatapanmu aku temukan hidupku yang baru. Lewat matamu aku temukan warna yang selama ini hilang dari jiwaku. Dalam genggamanmu aku titipkan hatiku.
Hari ini terlewati dengan jutaan gundah. Apakah kau masih mengingatku…? Aku, perempuan kecil laksana burung yang patah sayapnya. Tak mampu terbang meraih matahari. Dan matahari pun enggan bersinar untukku. Melengkapi suramnya duniaku saat ini. Aku rindu dirimu, namun tak jua kau jawab aku. Maka tinggallah aku di sini sendiri. Mengadu pada langit tentang semua rasa rindu yang tak bertuan. Memaki dunia yang tak mau menolongku menemukanmu. Aku tersesat di padang jiwa yang tak berujung. Telah kau bawa semua hati dan jiwaku saat kau pergi. Maka tinggallah aku sendiri dalam sepiku, merayapi detik demi detik tanpa dirimu. Sungguh aku tak bisa tanpamu. Aku hanya berharap angin akan membisikkan kabar darimu untukku.
Kita pernah berpelukan dalam hujan sambil menatap senja yang menua di tebing tepi pantai. Membiarkan matahari tenggelam di garis cakrawala, meninggalkan selarik cahaya jingga keunguan yang bercampur warna mendung. Aku ingin mengulang semuanya, sayangku… maka, jangan biarkan aku menanggalkan hidup sebelum kau berikan lagi kesempatan manis itu padaku.
Sayangku, ingatkah kau saat kita berjalan bersisian… menyusuri putihnya pasir pantai Kuta. Bergenggaman tangan di bawah matahari Bali yang terik, namun hati kita terasa begitu sejuk. Tak perlu peduli pada dunia. Hanya ada kita berdua. Kita tinggalkan dunia jauh di belakang kita. Berjalan sambil menatap debur ombak yang berkejaran. Waktu seakan terhenti dan kita begitu larut dalam genggaman angin. Dalam tatapanmu aku temukan hidupku yang baru. Lewat matamu aku temukan warna yang selama ini hilang dari jiwaku. Dalam genggamanmu aku titipkan hatiku.
Hari ini terlewati dengan jutaan gundah. Apakah kau masih mengingatku…? Aku, perempuan kecil laksana burung yang patah sayapnya. Tak mampu terbang meraih matahari. Dan matahari pun enggan bersinar untukku. Melengkapi suramnya duniaku saat ini. Aku rindu dirimu, namun tak jua kau jawab aku. Maka tinggallah aku di sini sendiri. Mengadu pada langit tentang semua rasa rindu yang tak bertuan. Memaki dunia yang tak mau menolongku menemukanmu. Aku tersesat di padang jiwa yang tak berujung. Telah kau bawa semua hati dan jiwaku saat kau pergi. Maka tinggallah aku sendiri dalam sepiku, merayapi detik demi detik tanpa dirimu. Sungguh aku tak bisa tanpamu. Aku hanya berharap angin akan membisikkan kabar darimu untukku.
Kita pernah berpelukan dalam hujan sambil menatap senja yang menua di tebing tepi pantai. Membiarkan matahari tenggelam di garis cakrawala, meninggalkan selarik cahaya jingga keunguan yang bercampur warna mendung. Aku ingin mengulang semuanya, sayangku… maka, jangan biarkan aku menanggalkan hidup sebelum kau berikan lagi kesempatan manis itu padaku.
Bukankah kita sangat menikmati setiap detik dari kebersamaan kita?
Bukankah kita tak pernah menginginkan semua itu berakhir dalam kepahitan?
Lihatlah sayang… rumah impian kita dengan dinding-dinding kaca, menanti di atas bukit… tempat kita membesarkan anak-anak kita. Tempat di mana kita saling mengucapkan cinta dan janji setia. Tempat kita berbagi kesedihan dan kebahagiaan bersama.
Bukankah kita tak pernah menginginkan semua itu berakhir dalam kepahitan?
Lihatlah sayang… rumah impian kita dengan dinding-dinding kaca, menanti di atas bukit… tempat kita membesarkan anak-anak kita. Tempat di mana kita saling mengucapkan cinta dan janji setia. Tempat kita berbagi kesedihan dan kebahagiaan bersama.
Pulanglah cintaku… aku menunggumu di sini. Sampai matahari tak lagi terbit, aku tetap menunggumu… karena aku mencintaimu sepenuh hati dan jiwaku... dengan segenap hidupku.
We’ve gotta hold on to what we’ve got
It doesn’t make a difference if we make it or not
We’ve got each other and that’s a lot for love
We’ll give it a shot
We’re half way there
Livin’ on a prayer
Take my hand
We’ll make it, I swear
Livin’ on a prayer
[just a memoar of the past...]
Untuk Renny & Christian
Semoga berkenan
dan semoga potongan kenangan masa lalu
bisa membawa kalian bersama lagi